Petronas Kembar Tiga

Kalau Sumbar ada Jam Gadangnya, sumsel ada Amperanya, Medan ada danau Tobanya, Jogja dengan Malioboronya, Aceh dengan Masjid Baitul Rahman, Bali dengan pantai Kuta. Kalau Riau sendiri dengan apanya? Ruslinya kali ya…
Lebih ke daerah lagi, di Kuantan ada Pacu Jalur, kampar ada Islamic Center, di Siak ada jembatan Sultanah Latifah dan Istana Siak. Pelalawan, Inhu ada Saweeet. Inhil ada Bakar Tongkang. Kalau Bengkalis..em ada “bakar lahan”. Paling hobi orang Bengkalis main api. Jangan deket-deket ya…!
Itulah icon masing-masing tempat. Mungkin ditempat kelahiran kita juga punya icon tersendiri. Kalau di kampungku Sepotong, dari musim durian ke musim rambutan, cuma tanaman Padi ja. Yah kayak lagu kuburan gitu “dari C ke Am ke Dm ke G ke C lagi”. Kurang menarik lah.
Petronas kembar tiga adalah kesalahan teknis saja dar penglihatan orang yang kambuh penyakit lamanya. Yaitu orang yang nggak bisa naik kendaraan – seperti mobil atau kapal laut – lama-lama. Jadi udah kelieng-kelieng gitu, berbintang-bintang. Kembar dua dibilang tiga. Orang seperti ini punya tipe “fobia dengan kendaraan” alias nggak biasa naik kendaraan modern. Sebab hari-harinya cuma jalan kaki kemana-mana. Jadi orang tipe seperti ini nggak bisa diajak jalan-jalan atau Rihlah. Mending nggak usah diajak. Baiknya diumpetin ja dalam sekre.
Tapi itulah, sunnatullah. Masing-masing punya kelebihan dan kekurangan. Supaya kita saling kenal satu daerah dan daerah lainnya. Jika ada yang baik kita jadikan teladan. Kalau buruk jadikan sempadan.
Teratai 7 Juni 2009
Ribzah Nur Hilmi
Tidak ada komentar
Komentar Positif